Seniman Coffee Residency Participant: Yani Elok Pratiwi Mengubah mindset berkompetisi bukan untuk saling membunuh namun…
Berkolektif menuju kompetisi cup taster
Perkenalan dengan uji rasa kopi terjadi begitu saja ketika saya memang bekerja di sebuah coffee shop. Sebelum bekerja di industri coffee saya menikmati kopi sambil mengerjakan pekerjaan depan laptop dengan segelas kopi susu. Keramaian kompetisi kopi khususnya di hilir membawa saya berkenalan dengan cup taster. Sebagai orang yang baru dan bukan menjadi frontline di bar kopi tentu bukan perkara mudah. Bermodal antusias dan keinginan belajar tentang cita rasa kopi, saya cukup memiliki keberanian untuk mencoba kompetisi ini. Dengan itu saya mencoba belajar bagaimana kompetisi cup taster ini dari latihan sampai panggung kompetisi.
Menuju sebuah kompetisi cup taster gimana sih? Tentu butuh sebuah tim, Kalau kita sendirian bagaimana? Alat untuk latihannya mahal? Mungkin banyak pertanyaan – pertanyaan lain tentang bagaimana berproses dan berlatih untuk kompetisi cup taster. Punya coffee shop dan tim dan anggaran untuk kompetisi tentu jadi hal yang istimewa. Akan tetapi tidak semua bisa istimewa dan mudah memang. Ini jelas tantangan bagi kita individu atau owner coffee shop yang ingin mengikuti kompetisi.
Berkolektif jalan menuju kompetisi, jadi salah satu pola latihan kompetisi cup taster yang saya temui, terutama saat ini berdomisili di Bali. Mungkin pola ini sangat bertolak belakang dengan latihan di cabang kompetisi lain seperti tentu latte art, brewer dan barista. Di ketiga cabang kompetisi tersebut akan membutuhkan teknis persiapan yang lebih private.
Suasana latihan bersama cup taster
Kolektif sendiri memiliki arti suatu aksi atau sikap bersama – sama. Menurut Merton seorang sosiolog asal Amerika Serikat, bahwa kolektif sebagai jumlah orang yang tergabung serta memiliki solidaritas, berlandaskan dengan nilai bersama. Selain itu, individu yang tergabung ini, juga memiliki kewajiban secara moral untuk menjalankan peran yang diharapkan.
Munculnya kesadaran kolektif juga merupakan suatu keyakinan, gagasan serta sikap moral yang tumbuh bersama, sehingga menjadi kekuatan yang bisa menyatukan seluruh elemen masyarakat. Bahkan seorang sosiolog asal Prancis Emile Durkheim, dalam bukunya Labor in Society mengemukakan istilah ini bahwa, masyarakat yang primitif atau tradisional memainkan peran penting, dalam menyatukan anggota masyarakat melalui kesadaran bersama, atau bahkan secara nurani kolektif.
Berdasarkan pengalaman selama ini, hambatan yang selalu dibicarakan pertama adalah bagaimana dengan alat brewing untuk mencapai standar yang sama dengan apa yang digunakan dalam kompetisi. Lalu bagaimana menyediakan bahan soal kopi sampai teknis membuat soal triangulasi, maka dari itu simak di paragraf selanjutnya.
Persiapan latihan cup taster
Alat seduh untuk kompetisi cup taster biasanya memakai batch brew setidaknya memiliki standar brewing secara kuantitas bisa menghasilkan ratusan mili sampai liter kopi. Alternatif yang bisa kita pakai bisa dimulai dengan menggunakan clever dripper. Batch brew yang lebih terjangkau sekarang mulai banyak pilihan dari ratusan ribu seperti Klaz dan Krist, dua merek ini jadi pilihan yang oke untuk dibeli. Termos jug jadi peralatan kedua yang penting ketika menyiapkan latihan, termos ini nantinya akan berguna untuk menyimpan kopi agar tetap dalam kondisi suhu yang ideal untuk latihan. Untuk kuantitas termos jug biasanya sediakan empat sampai enam buah.
Cupping bowl untuk soal set triangulasi nanti secara standar WCTC menggunakan cupping bowl keramik, jika belum sampai kesana dengan menggunakan cupping bowl berbahan plastik juga bisa jadi pilihan yang baik. Sekarang cupping bowl bisa beli satuan atau satu set yang berisi enam cupping bowl. Terakhir untuk alat, cupping spoon itu kembali ke masing – masing sebagaimana kita nyaman dan percaya diri memakainya.
Urusan beans untuk soal latihan tentu kita urunan membeli. Baik itu kita sudah tentukan jenis beans yang biasanya mendekati soal kompetisi, atau pun random saja sisanya untuk menambah pallete rasa di lidah. Dari peralatan sampai bahan kita usahakan selalu urunan untuk kebersamaan.
Pola dan menu latihan kita kerjakan bersama – sama juga. Saling bagi peran siapa yang membuat jadwal, mencocokan jadwal untuk bertemu dan berlatih selepas shift kerja di coffee shop masing – masing. Menentukan menu latihan sampai membuat soal di bagi siapa yang berperan mengambil bagian tersebut.
Baca juga: No word for aftertaste
Persiapan soal tiangulasi cup taster
Bersama – sama dari latihan sampai panggung kompetisi. Ini yang saya rasakan ketika mengikuti kompetisi cup taster. Bagaimana proses belajar dan berlatih ini dilakukan bersama – sama. Dari kebersamaan ini tetap parameter keberhasilan ada dalam lidah kita dalam menentukan mana yang beda dalam setiap soal triangulasi. Kebiasaan kolektif ini menurut saya sangat cocok untuk terus dijalankan dalam proses menuju kompetisi cup taster. Hal ini juga menjawab tantangan tentang keterbatasan alat dan bahan, dengan dikerjakan kolektif dan urunan, tantangan itu terjawab.
Uji mental, Uji rasa, yess ini jadi simulasi yang menurut saya oke untuk uji mental. Berlatih bersama dengan teman empat sampai enam orang bisa dilakukan. Skema seperti ini memacu dan menantang kita untuk melakukan hal yang terbaik dalam menentukan cup yang benar. Berlatih seperti ini memberikan kita parameter dan pressure bagaimana kompetitor kita nanti di kompetisi sesungguhnya sudah dilatih. Yang paling saya manfaatkan dalam skema latihan bersama seperti ini adalah bagaimana saya bisa mengukur dan menentukan strategi teknis dan membiasakan diri dengan lingkungan kompetisi.
Jadi, bisa coba dengan teman – teman barista atau kopi antusias di kotamu, berkumpul dan berlatih secara kolektif. Dengan pola seperti ini bisa diterapkan oleh siapa saja dan dimana saja. Hal ini juga jadi membentuk komunitas baru yang positif menunjang lahirnya kelak juara – juara baru Indonesian Cup Taster Championship. Dan jangan lupa baca dengan seksama rules dan regulation kompetisi!.
Baca juga: Slow bar paradise.