Read in English Gempa adalah bencana. Namun bagi sekelompok kecil wanita di Lombok Utara, gempa…
Kenapa harga kopi jadi mahal sekali? Bincang-bincang dengan Rodney Glick
Ini adalah cuplikan dari episode ‘Kenapa harga kopi jadi mahal sekali? Bincang-bincang dengan Rodney Glick’. Dengarkan bincang-bincang lengkapnya di Singalong Coffee Podcast. Interview dalam bahasa Inggris.
—
Harga kopi semakin naik. Tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia. Tren ini berjalan semenjak pandemi dan diproyeksi harganya akan terus naik. Apa saja alasannya?
Menurut Rodney Glick, Director of Coffee di Karana Spesialis Kopi dan Seniman Coffee, naiknya harga green beans tentu tidak terlepas dari beberapa hal.
“Tahun ini [2022] jauh lebih rumit karena shipping dan perang di Ukraina, juga karena pandemi. Hasil panen tidak terlalu bagus di Brasil dan ada banyak masalah logistik untuk mengirim kopi. Lalu ada pandemi pula. Orang cargo tidak dapat merotasi awak kapal secepat biasanya. Makanya, jumlah kapal dibatasi, jumlah container dibatasi, jumlah space di kapal dibatasi. Itu semua membuat masalah jadi menumpuk. Harga pun menjadi tinggi. Intinya, ada banyak faktor yang terjadi bersamaan. […] Lalu, munculah kepanikan di pasar. Semua ini berhubungan. Ditambah lagi, Sumatera tidak memiliki hasil panen yang bagus. Jadi ada harga pengiriman yang tinggi, ada perang, ada pandemi. Banyak bencananya,” ujar Rodney.
Jadi [anggap panen selesai] Agustus, maka [6 bulan kemudian adalah] Februari. Pas saat itu orang akan berteriak karena stok [green beans] akan benar-benar habis. Tidak akan ada stok dan tidak akan ada panen lagi sampai Mei, Juni, Juli tahun depan. Benar-benar tidak ada stok [green beans]. Tapi, itu karena tidak ada prosesor yang menyimpan [stok tersebut].
Pada saat yang bersamaan, untuk menghemat ongkos kirim, traders justru membeli kopi lebih banyak. Sehingga, supply kopi pun semakin menipis.
Rodney melanjutkan, “Sementara itu, para traders malah membeli lebih banyak volume untuk membagi ongkos kirimnya. Itulah yang sedang terjadi. Pada saat yang bersamaan, pasar domestik di Indonesia sedang berkembang. Besar. Sehingga, supply kopi semakin menipis. Ditambah lagi ekspor yang besar karena orang sangat khawatir tentang [supply] di masa depan, sehingga mereka memesan lebih banyak.”
Sementara itu, para traders malah membeli lebih banyak volume untuk membagi ongkos kirimnya. Itulah yang sedang terjadi.
Jadi, apakah petani kopi makmur? Nah, meskipun harga kopi lebih tinggi dan penjualan kopi pun lebih tinggi, tidak berarti processor atau petani akan mendapatkan untung yang banyak untuk jangka waktu yang panjang. Ternyata, bermain di industri kopi–baik sebagai pemain roasted beans ataupun green beans–perlu perencanaan berbulan-bulan ke depan. Dari perencanaan yang baik inilah semua pihak bisa diuntungkan.
“Sekarang ini, semua [prosesor] berpikir ‘kopi sekarang mahal, tapi oke nggak apa-apa, kami akan memproses dan menjualnya. Pasar domestik masih baik-baik saja,’” kata Rodney. “Tapi kita akan berhadapan dengan masalah terbesar enam bulan setelah panen selesai. Jadi [anggap panen selesai] Agustus, maka [6 bulan kemudian adalah] Februari. Pas saat itu orang akan berteriak karena stok [green beans] akan benar-benar habis. Tidak akan ada stok dan tidak akan ada panen lagi sampai Mei, Juni, Juli tahun depan. Benar-benar tidak ada stok [green beans]. Tapi, itu karena tidak ada prosesor yang menyimpan [stok tersebut].”
Dengan harga kopi yang naik cukup drastis, apakah artinya kita akan merasakan efeknya dalam sekejap?
“Mungkin sedikit, tapi roaster sudah merasakannya sekarang, kan? Karena harga green beans dalam negeri sudah naik. Bukan hanya dari kami, tapi secara umum. Malah sebenarnya kami [Karana] masih sangat wajar. Tetapi jika Anda seorang roaster, menyesuaikan kenaikan harga tersebut ke retail akan lebih susah. Lebih banyak fleksibilitas di hulu, pengolah, dan roaster.”
Dengarkan diskusi selengkapnya di Singalong Coffee Podcast.