read more
Kopi Wanen dari Dusun Senja
WULAN DEWI SARASWATI
**All poems are in Indonesian. Summary in English below**
Keempat puisi ini adalah tentang Kopi Wanen, sebuah kopi lokal dari daerah Bali bagian barat. Nama Wanen berasal dari kata berani dalam bahasa Bali. Disebut wanen karena kopi ini mampu disajikan sendiri tanpa susu, krim, ataupun gula, tidak perlu kue, ataupun hidangan pendamping. Cukup kopi yang diseduh dengan suhu yang pas maka pelanggan mampu menikmati dan merasakan manfaatnya. Kopi Wanen merupakan salah satu kopi lokal dari Dusun Senja di Jembrana, dan diramu oleh Nanoq Da Kansas, pemilik kedai Rompyok Kopi. Kedai kopi ini berada di daerah perbatasan atau ujung barat Pulau Bali dan sering disinggahi oleh berbagai pelanggan mulai dari sopir truk hingga pejabat, bahkan pengelanan yang hendak menyebrang.
—
—
WULAN DEWI SARASWATI berasal dari Desa Busung Biu, Buleleng. Ia adalah guru bahasa Indonesia untuk penutur asing di Yayasan Cinta Bahasa dan aktif bergabung di Komunitas Mahima dan Teater Kalangan. Antologi puisinya bertajuk Seribu Pagi Secangkir Cinta telah terbit pada tahun 2017.
WULAN DEWI SARASWATI comes from Busung Biu Village in Buleleng. She is an Indonesian language teacher at Cinta Bahasa and is active at Mahima Community and Kalangan Teater. Her anthology poetry book called Seribu Pagi Secangkir Cinta was published in 2017.
Peramu Kopi dari Dusun Senja
Dia yang tengah menunggu pengembara,
berharap lidah-lidah baru mampir
merasakan bulir kopi dari kebunnya
aroma baru yang dihidangkan kelak akan singgah
di hidung para pencari gairah
namun katanya, kopi adalah kesendirian
bila sang pengembara mampir,
maka hidangkan Kopi Wanen, kopi yang sunyi
bersama kecap pahit yang diseduh keringat petani
dan buih panas yang melarutkan serpihan sepi
sebentar lagi kopi dihidangkan
nikmatilah sampai ampas
maka kau akan paham cerita pekerja tanah
di Dusun Senja
yang menenun nasib bersama biji kopi
sebab secangkir kopi pada petang
adalah panen kopi yang matang,
meski tumbuh di tengah petak-petak rumah
2018
—
Terjebak Hujan di Rompyok Kopi
Anak sekolahan yang tengah menyesatkan diri
dalam kata dan sastra singgah di Rompyok Kopi
dari Selatan hingga Utara bergerumul
menikmati ujung tahun bersama
maka peramu kopi yang berambut ikal
berkacamata bulat, mulai membuka gerainya
tamu dipersilakan duduk nyaman
di bawah atap jerami dengan kursi kayu
sembari tamu berdialog dan membaca buku,
dia asik menyalakan perapian dan menghitung cangkir
menakar serbuk kopi hitam, juga memantau suhu air
serbuk kopi yang bermandikan didihan air
melahirkan uap aroma yang segar
adukan kopi yang ritmis
senada dengan gerimis hujan kala itu
“Halo adik-adik ini Kopi Wanen sudah siap,
aku hidangkan ini agar kalian makin berani!”
katanya sambil membagikan kopi satu per satu.
“Silakan nikmati, ini kopi asli dari Dusun saya.
Sungguh nikmat bukan terjebak hujan di sini?” tambahnya.
2018
Baca juga, Pulang: Melihat Kopi Malino dari Jauh.
—
Aroma yang Sembunyi
Untuk Nanoq Da Kansas
Aroma kopi yang berasal dari kedaimu
menyembuhkan memar luka
para petani ladang,
juga pengembara yang lajang
di saat tanah adalah siasat politik
atau ketika upah semakin mencekik
kopimu meneduhkan
menumbuhkan harapan petani
juga menitipkan pesan
kepada pekerja laut yang lupa pulang
mulai dari petani yang tengah menunggu panen
hingga pekerja kantor yang menanti pensiun,
asik bercakap-cakap lepas di kedaimu
menunggumu menyajikan kopi terbaik
mereka saksikan pertunjukan sederhana
saat suara seduhan kopi, mampu menghangatkan hati
denting adukanmu berhasil menyejukkan penat
juga aroma yang sembunyi
namun mereka bisa menciumnya
tak sabar lidah mereka diselimuti
kopimu yang telanjang
tanpa susu, tanpa madu
“Rayakan hari dengan kopi,
nyalakan gairah kembali!” serumu.
Seperti siang hari,
tak ada lagi yang mampu membuatnya
selain semesta dan dirimu
2018
—
Ibadah Kopi
Sepasang pemuja waktu datang
entah siang, entah petang
kopi senantiasa disulang
sebagai tanda riang
Mereka pun memohon nikmat
untuk perjalanan sampai akhirat
agar tiada tangis yang menjerit
tak ada ragu yang menghimpit
Perayaan kopi akhir tahun
bersama kawan di dusun
adalah ibadah yang santun
juga kesatuan yang rukun
Kelak, mereka pun tahu
kopi tak selalu dengan susu
juga tak melalu pakai madu
cukup seduh sampai hangat suhu
karena itulah berkat
yang tak akan berkhianat
sebab itulah bahagia
yang semakin dipuja
2018
Baca juga, Roaster Rumahan: Yosua Adetya.