A coffee stall in Jakarta is packed with young people eager to get their hands…
No Delivery Apps, No Es Kopi Susu
Sebuah kios kopi di Jakarta dipenuhi anak-anak muda yang mengantri panjang, menunggu gilirannya mendapatkan es kopi susu dengan gula aren dan jus alpukat di dasarnya. Di sebelah mereka, ada sebuah antrian yang lebih panjang lagi, dipadati oleh supir-supir ojek berseragam yang terkadang masih mengenakan helmnya, tangannya sibuk memastikan orderannya lewat handphone.
Jumlah supir ojek online yang mengantri terkadang melebihi jumlah pembeli regular. Kios kopi itu sendiri mungil, dibuat khusus untuk to-go atau delivery dengan jumlah kursi yang minim. Namun, antrian itu tetap panjang sepanjang hari, berganti-gantian antara pejalan kaki yang kepanasan, anak-anak muda yang mengincar kios kopi terbaru, dan supir ojek yang kemudian akan menempuh kota untuk membawa es kopi susu tersebut ke pembelinya.
Minuman sesederhana es kopi susu mungkin tidak akan pernah mati. Bahkan di tengah-tengah bangkitnya specialty coffee yang mengedepankan citarasa origin, es kopi susu malah bangkit semakin jaya. Ia hanya akan terus berevolusi sepanjang zaman, mengubah racikan rasanya sesuai selera pasar, dan mencari cara-cara baru supaya pasar bisa menikmatinya semudah mungkin.
Dulu, caranya adalah dengan mengemasnya sebagai kopi sachet yang dijual dengan harga murah dan tinggal diseduh saja. Sekarang, cara minuman dingin ini bertahan adalah dengan memaksimalkan teknologi digital yang semakin merakyat: online delivery apps.
Minuman sesederhana es kopi susu mungkin tidak akan pernah mati. Bahkan di tengah-tengah bangkitnya specialty coffee yang mengedepankan citarasa origin, es kopi susu malah bangkit semakin jaya.
Semenjak maraknya penggunaan online food delivery apps, memang semakin sering kita melihat brand es kopi susu berjamuran pula. Salah satu online food delivery apps, yaitu GoFood juga menjadi solusi sebagai teknologi yang mempermudah penjual kopi susu dalam memasarkan produknya.
Menurut VP Corporate Affairs – Food & Merchant Gojek, Rosel Lavina, jumlah kopi yang dipesan melalui GoFood mencapai 16 juta pesanan dalam dua tahun terakhir. Malah, kopi menjadi salah satu dari empat kategori makanan dan minuman yang dipesan oleh 50% pengguna baru GoFood sepanjang tahun 2018, membuatnya sebagai minuman dengan pertumbuhan permintaan paling tinggi berdasarkan data Kilas Balik Kuliner 2018 yang dihimpun oleh GoFood.
Baca juga: Es Kopi Susu: Memodernisasikan Robusta.
Sejak tahun 2015, GoFood berdiri sebagai layanan pesan-antar makanan online, bagian dari ekosistem super app Gojek. Hingga saat ini, GoFood telah menggandeng 400,000 mitra merchant dimana GoFood beroperasi di Asia Tenggara, dan 96% diantaranya merupakan UKM Indonesia. Inilah hal yang juga membawa GoFood menjadi pemimpin di industri online food delivery.
“Menurut data internal GoFood, banyaknya pesanan kopi di sepanjang tahun 2018 setara dengan jumlah air yang dapat mengisi 80% kolam renang ukuran Olympic,” lanjut Rosel. That’s 2,000,000 liter! Simpel, mudah dikemas, dan mudah dibawa dalam perjalanan, minuman dingin semacam es kopi susu bagaikan sekaleng soda zaman now.
Hype es kopi susu sendiri terasa cukup egaliter. Jika kita menilik berbagai macam produk es kopi susu yang dijual melalui berbagai aplikasi online, tidak semuanya datang dari brand kopi yang sudah mengukuhkan posisinya di mata pasar. MAU Kopi & Minuman di Jelambar, Jakarta Barat, milik Indah Febryyani, adalah salah satu kios kopi yang ikut terjun meramaikan trend es kopi susu dengan memanfaatkan teknologi baru ini.
“Awal mula kios ini memang di design untuk take away dan delivery. Kira-kira setelah dua bulan memperkenalkan brand, sembari aktif memanfaatkan fitur promosi, barulah kami benar-benar mulai merasakan dampaknya. Sekarang ini, pelanggan kami justru jadi semakin banyak yang hanya ingin nongkrong di kedai kami,” ujar Indah, yang mengaku meraih 40% pendapatan dari online delivery apps.
Sepuluh tahun yang lalu, mungkin membuka bisnis mengandalkan take away dan delivery tidaklah semudah sekarang. Bisnis delivery berarti kita mesti menyiapkan supir, transportasi, dan bensin yang tidak hanya mahal, namun membutuhkan sistem logistik yang rapi—masalah yang dengan mudah diselesaikan oleh aplikasi online semacam Gojek.
Namun sekarang, berbisnis dengan basis online delivery pun bukan tidak mungkin lagi. Pasar yang dapat dijangkau meluas, bisnis UMKM pun terbantu untuk berkembang. Tak heran, begitu banyak bisnis rumahan yang kemudian menekuni bisnis yang sedang laris manis ini.
Bisnis delivery berarti kita mesti menyiapkan supir, transportasi, dan bensin yang tidak hanya mahal, namun membutuhkan sistem logistik yang rapi—masalah yang dengan mudah diselesaikan oleh aplikasi online semacam Gojek.
Bagi Indah, dengan adanya kenyamanan aplikasi delivery, ia pun bisa bersaing dengan caranya sendiri, seperti mengambil jam-jam tengah malam yang tidak biasa.
“Di tempat gue tuh mulai laris pakai apps setelah jam 11 malam. Gue ngambil pasar yang masih ingin minum kopi tengah malam, tapi malas keluar atau coffee shop sudah pada tutup semua,” ujarnya. “Staff gue kerja sampai sore hari. Kemudian suami gue take over hingga malam hari, malah kadang sampai jam 3-4 pagi.”
Mirip dengan Indah, Fenissa, co-owner kedai kopi Eggspresso di Tanjung Duren, Jakarta Barat, juga memanfaatkan keberadaan online delivery apps untuk meraih pasar yang lebih niche lagi.
“Ketika Eggpresso dibangun, tujuan kami adalah melayani karyawan kantor, ibu-ibu arisan, atau pun anak-anak sekolah yang biasanya suka berkumpul mengerjakan tugas. Karena ketika mereka berkumpul, pasti ada snack, milk tea atau kopi yang harganya terjangkau,” terang Fenissa.
Mendaftarkan bisnisnya di berbagai online delivery apps pun menjadi hal yang paling pertama ia lakukan ketika membuka kiosnya. “Kenapa online delivery kita utamakan? Karena sekali si abang ojek datang, mereka biasanya datang dalam pembelian collective. Misalnya, 7-10 cups atau 3-5 cups yang dimana sangat mendorong sales kami,” ujar Fenissa. “Saat ini, Jakarta super sangat macet, sehingga online industry di Jakarta boleh dikatakan menempati hampir urutan teratas bagi pelanggan untuk mendapatkan barang yang mereka mau. Mereka pun tinggal duduk manis, semua dianter.”
Kenapa online delivery kita utamakan? Karena sekali si abang ojek datang, mereka biasanya datang dalam pembelian collective. Misalnya, 7-10 cups atau 3-5 cups yang dimana sangat mendorong sales kami,” ujar Fenissa.
Memang sudah tidak tabu lagi memanfaatkan online shopping hampir setiap hari. Akses ke penjual dipersingkat, permintaan pun bertambah. Bang Salim, seorang branding adviser dari Jakarta, juga mengaku bahwa ia semakin sering memesan es kopi susu bersama kolega-koleganya untuk diantar ke kantor. Tinggal klik—coffee break pun jadi.
Dinamika market berubah, strategi pemasaran dan marketing pun berubah. Pamflet dan brosur berganti dengan Instagram post secara rutin; kartu diskon diganti dengan questionnaire; iklan diganti dengan online influencers. Untuk Fenissa, hal ini menjadi perhatian utama.
“Kami selalu update instagram kami, kerja sama dengan berbagai online delivery apps, traveloka eats, pergikuliner.com, apply zomato merchant, dan juga register ke berbagai cashless system karena mereka memberi cash back yang menarik untuk customer,” tutup Fenissa.
Memesan makanan dan minuman melalui delivery memang bukan hal yang baru (ingat nomor telepon McDonald’s?). Namun seperti halnya Indah, Fenissa dan banyak kios kopi lainnya melihat peluang yang besar dengan dimudahkannya orang berbisnis dengan basis delivery. Kesempatan untuk berjualan meningkat, lokasi kios kopi boleh jadi terpencil, mempekerjakan supir dan menyewa motor tidak lagi di perlukan, dan es kopi susu sendiri yang aman dinikmati kapan saja, siapa sih yang nggak mau?
Baca juga: Mohammad Fakhri: Menjuarai Kompetisi dengan Tangan Kiri.
.
Oleh Anindhea