Membicarakan geliat industri kopi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir tampaknya takkan pernah lepas dari…
Tentang memenangkan kompetisi kopi
Seniman Coffee Residency Participant: Yani Elok Pratiwi
Mengubah mindset berkompetisi bukan untuk saling membunuh namun untuk saling membangun. Itulah tema yang saya bawakan untuk program residensi kali ini. Kompetisi merupakan kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah pasangan kata lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu. (Wikipedia, 2021).
Menurut Deaux, Dane & Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi. Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.
Peserta melakukan uji tringulasi dalam kompetisi cup taster
Berkaca dari berbagai event kopi dan segala permasalahannya, glorifikasi terhadap ‘juara- juara’, mental yang tidak siap dengan kemenangan dan kekalahan, hingga hal-hal teknis adalah beberapa hal yang mampu menjatuhkan semangat orang berkompetisi.
Berlatar belakang dari segala permasalahan tersebut akhirnya saya bertanya ke dalam diri saya sendiri: Kenapa kita selalu melihat kompetitor sebagai musuh bukan sebagai sparring partner/teman untuk membangun industri
Sekarang ini, terdapat banyak kompetisi yang diselenggarakan di berbagai kota, mulai dari tingkat Nasional, Regional, bahkan Lokal dengan peminat yang cukup banyak dan bervariasi. Adanya trend kompetisi ini harusnya menjadi acuan bahwa industri kopi ini sedang mengalami kenaikan; bahwa ini adalah suatu momentum.
Tidak perlu marah jika ada kompetitor yang menjadi pemenang, tidak perlu menjatuhkan kompetitor. Kita bukan siapa-siapa dan tidak memiliki hak untuk memonopoli kejuaraan.
Baca juga: Mendiskusikan Rasa Spices dalam Kopi.
Kita besar karena ada satu sama lain. Karena kita yang menciptakan ekosistem ini. Kita saling menumbuhkan ekosistem ini tanpa sadar. Justru dengan adanya kompetisi ini adalah sebuah tanda bahwa pasar ini ada, konsumennya jelas, ada marketnya, dan industrinya jelas. Kita lihat kompetitor di kanan kiri bukan untuk menjatuhkan tapi saling membangun. Alasan di atas menjadi landasan saya untuk membuat event yang berbeda dengan kompetisi lain:
Seniman Cup Taster Competition Week yang didalamnya terdapat workshop, coaching dan kompetisi 16 peserta dimasukkan dalam 1 inkubasi dimulai dari workshop hingga kompetisi. Mereka diberikan ilmu yang sama, pengetahuan yang sama, hingga waktu kompetisi.
Perbedaaan nya kali ini saya menghitung heart rate dan TTV (tanda-tanda vita) mereka mulai dari nilai pernafasan, denyut jantung hingga denyut nadi, baik di awal kompetisi dan setelah berkompetisi. Kemudian, angka tersebut akan diberitahu sebelum pengumuman Juara. Kenapa saya ingin melakukan penelitian ini? Karena saya ingin menemukan variabel lain yang membantu seseorang meraih kemenangan di luar hal-hal teknis, persiapan, ilmu dll.
Saya ingin menemukan seberapa besar faktor ketenangan diri dalam menentukan sebuah kemenangan.
Kompetitor mengangkat cup untuk melihat cuo yang benar setelah dicicipi
Banyak hal yang mendasari saya memilih untuk menyelenggarakan Cup Taster ketimbang IBC, IBrC, dan Latte art. Salah satu hal yang mendasari saya adalah cup taster merupakan salah satu cabang kompetisi kopi yang simple dan singkat. Mereka hanya memilih 1 cup kopi yang berbeda alias unik, tanpa intervensi dari juri, dan dengan soal yang sama.
Istilahnya, mereka melawan diri mereka sendiri bukan kompetitor lain.
Pada masa inkubasi, hari pertama saya memberikan workshop cupping class (sensory class) dengan menggunakan acuan dari aplikasi Roda Rasa Kopi Indonesia. Untuk soal, saya menggunakan kopi-kopi Indonesia dari Karana Global yang di Roasting oleh Team Seniman Roastery.
Pada hari kedua, saya mengadakan coaching dengan menghadirkan Andra Pradana selaku pembuat soal yang akan membahas secara utuh tentang soal-soal yang akan kami gunakan. Serta saya hadirkan juga Dahni Prawira selaku Juara Cup Taster Indonesia 2021 yang diberangkatkan ke Milan. Khusus Dahni dia akan membahas pengalaman dia di saat tahun 2021 dan kenapa dia tidak lolos di tahun 2022. Ke-16 peserta ini saya masukkan ke dalam proses inkubasi yang sama. Saya ingin melihat kesiapan mereka, kematangan mental dalam menghadapi soal-soal yang akan dihadapi.
Data pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan acuan saya untuk melihat hasil sebelum kompetisi hingga akhir kompetisi. Data ini akan saya olah untuk menentukan hipotesis: Apakah ketenangan diri dan kesiapan mental menjadi penentu. Saya juga ingin mencari tahu tentang seberapa tenang sang Juara dalam menghadapi soal- soal ini.
Elok melakukan tes TTV untuk mengukur tekanan darah kompetitor sebelum dan sesudah berkompetisi
Setelah semua proses selesai, data ini akan saya buka sebagai topik pembahasaan pada sharing session dengan para kompetitor. Sharing session di sini lebih akan membahas tentang soal- soal cup taster hingga perasaan yang berkecamuk ketika mereka menghadapi satu persatu soal tersebut. Dan saya mencatat data tersebut apakah ada perbedaan dari peserta putaran pertama hingga terakhir pada babak kualifikasi berikut dengan peserta yang lolos di putaran final.
Hasilnya, pemenang utama memiliki tekanan darah, heart rate, dan respiration rate yang stabil. Untuk data tekanan darah, Hr (heart rate atau denyut jantung), Rr (respiratory rate atau frekuensi pernapasan) saya lampirkan pada bagan berikut.
Bisa kita lihat data angka pemeriksaan tensi sistolik (tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh) dan diastolik (tekanan saat jantung berelaksasi dan tidak memompa darah) dari pemenang terlihat stabil dan tidak memiliki kenaikan. Dan, penurunan yang signifikan berikut pula dengan angka denyut nadi per menit.
Tekanan darah sistolik saya periksa dengan 2 cara, pertama dengan palpasi (perabaan) dan dengan alat tensi digital. Pemenang memiliki komitmen yang cukup tinggi untuk mengikuti rangkaian acara sepanjang 3 hari begitu pula dengan peserta lainnya.
Akhir kata, selain kita memahami medan perang, pengetahuan yang cukup, dan disiplin kita juga membutuhkan ketenangan diri dalam menghadapi kompetisi.
Jangan fokus kepada kompetitor lain, melainkan fokuslah pada diri sendiri.
Baca juga: Pengalaman saya mengawinkan kopi dan komedi selama sebulan
Peserta Seniman Cup Taster Competition Week 2022
Apa itu Seniman Coffee Residensi? Program ini mengajak para pegiat kopi, artis, designer, penulis, dll untuk melakukan eksplorasi tentang kopi. Peserta boleh memiliki background kopi maupun tidak. Cari tahu lebih lanjut di: www.senimancoffee.com/residency