At Gembongsari, a coffee village in Banyuwangi, coffee is enjoyed right at the coffee farm.…
The Rise of Signature Beverage
Jakarta sedang demam signature beverage. Minuman kopi yang mirip dessert drinks dan cocktail ini adalah salah satu genre minuman yang disajikan dalam kompetisi barista skala lokal maupun internasional.
Sebagai salah satu syarat penjurian, signature beverage harus memuat poin penting seperti kreativitas, peracikan komposisi kopi dengan bahan pendukung dan tentunya rasa yang menggugah. Seiring waktu, penyajian signature beverage juga terus berkembang mulai dari penggunaan juice reduction, hidrogen likuid, nitro, bahkan xantham gum sebagai bahan pengental.
Ada juga perpaduan espresso sirup markisa dari Agneiszka Rojewska atau kopi Colombia milik Craig Simon yang menciptakan rasa oaked chardonnay dari Yarra Valley. Serba-serbi penyajian signature beverage awalnya menjadi eksklusivitas juri untuk merasakannya, namun kini sering dibagi kepada penikmat kopi secara umum.
Sebenarnya bagaimana proses kreatif pembuatan Signature Beverage? Mengutip dari WBC Champion 2018, Agniezska Rojewska memaparkan,
“Creating a Signature Beverage for the World Barista Championship is not an easy task.There are few very clear rules you have to follow. For example, “use at least one full espresso in one serving portion for a judge” is fairly straightforward, but some of the others are a bit more tricky. Trying to comply with the requirement for “synergy between coffee and ingredients or creative use of ingredients”, for instance, is tough without more details about what they’re looking for. Doing it for the first time is quite a challenge. The hardest thing to achieve is a dominant taste of espresso, which makes most of the signatures very small because espresso itself has very small volume.”
The hardest thing to achieve is a dominant taste of espresso, which makes most of the signatures very small because espresso itself has very small volume.
Kedai-kedai kopi di Jakarta pun sudah mulai asyik mengadopsi konsep signature beverage, baik untuk dijual secara regular, maupun terbatas dalam event tertentu saja. Tentunya, proses peracikan signature beverage untuk konsumi sehari-hari juga tidak seketat peraturan seperti kompetisi.
Salah satu event yang mengangkat kawin silang antara kopi dan alkohol adalah Saling Sulang 2.0 Coffee x Cocktail yang diselenggarakan oleh Patron Syndicate bersama Arrack & Spice bulan Desember lalu. Acara yang berlangsung di meja bar Arrack & Spice ini diisi oleh Muhammad Aga, Evelyne Yamin, dan Otniel Christofer sebagai peracik. Berbagai menu coffee x booze pun berhasil disajikan seperti Merah Delima, Pulau Seribu, Selendang Si Mayang, Putri Malu, Sedap Malam, dan sebagainya.
Baca juga: Food Pairing Bukan Hanya Milik Wine. Kopi pun Bisa.
Lain event, lain pula di kedai. Beberapa bar kedai kopi Jakarta dan Bandung sudah ada yang menyajikan signature beverage mereka sendiri, baik yang racikan untuk kompetisi atau kreasi baru bentuk inovasi. Meskipun trend ini belum menjamur dalam skala nasional, sudah ada kedai yang melihat potensi signature beverage sebagai alternatif menu untuk memancing pelanggan datang ke kedai.
Contohnya ada Brookland Cafe di Panglima Polim memiliki menu Butter Beer, SMITH Indonesia dengan terobosan menu baru yaitu Hello Sunshine atau Aga’s Signature yang dulu mampir di meja penjurian WBC 2018, ada Concoction No. 18 berisi espresso, air tonik, dan sirup peach di 7 Speed, Coffee Blossom Soda milik Nitro Coffee yang mencampurkan espresso, campuran teh dan jeruk nipis serta ginger ale. Yang terakhir ada Kunyit Asam Coffee West Java dari First Crack sebagai hybrid kopi Puntang dengan jamu kunyit.
Semua inovasi yang ditumpahkan dalam meracik signature beverage tentunya bukan hanya tujuan marketing semata, tetapi juga menjadi wadah bagi para barista untuk berekspresi dan berkreasi. Melihat potensi market kopi Indonesia yang kebanyakan datang dari generasi Milenial dan Gen Z, rasa haus akan produk yang baru, berbeda, dan unik memang menjadi tantangan sendiri bagi pemilik kedai kopi untuk tetap menjadi relevan.
Apalagi sekarang ini, konsumen mencari kopi tidak hanya sebagai pembangkit tenaga, namun sekalian menikmatinya sebagai minuman manis yang istimewa dan fun.
Di sisi lain, para kedai maupun barista pun harus memahami trend apa yang sedang terjadi, dan menganalisanya: apakah trend tersebut akan menjadi umpan yang baik bagi bisnis kedai atau justru hanya penyegaran sesaat yang berlalu seiring trend tersebut meredup?
Karena memang ada kalanya dalam inovasi bisnis, tidak perlu kita selalu memperhitungkan “kebutuhan konsumen”. Trend pun bisa menjadi kebutuhan (lagian siapa sih yang sebenarnya butuh beli es kopi susu atau boba setiap hari, kalau bukan karena kebutuhan untuk terlihat kekinian?). Mau dilihat baik atau buruk, namun begitulah kira-kira karakteristik konsumen Milenial dan Gen Z di Indonesia.
Karena memang ada kalanya dalam inovasi bisnis, tidak perlu kita selalu memperhitungkan “kebutuhan konsumen”. Trend pun bisa menjadi kebutuhan.
Ide menyajikan signature beverage ke meja bar mungkin saja karena konsumen sebetulnya sudah jenuh dengan es kopi susu yang itu-itu saja, begitu juga dengan third wave coffee shops yang mirip di mana-mana. Sejatinya, melihat bagaimana sebuah inovasi dengan cepat di copy paste sehingga memicu tren baru, sebetulnya konsumen kita mudah tertebak: selalu haus dengan sesuatu yang baru.
Ada yang buat kopi susu gula aren? Bikin juga! Ada yang bikin kopi dengan paduan alpukat? Sikat! Kedai sebelah sukses laku dengan signature beverage? Kenapa engga ditiru? Melihat responsifnya konsumen Indonesia terhadap sesuatu yang baru dan berbeda, tentu sisi positifnya, kreasi signature beverage adalah ruang bagi barista atau pemilik bisnis untuk terus meracik minuman kopi yang nggak biasa.
Baca juga: No Delivery Apps, No Es Kopi Susu,
Apalagi menurut webinar Foodizz, sebuah platform edukasi untuk pebisnis kuliner Indonesia, tren industri F&B di tahun 2020 adalah kolaborasi antar bisnis serta industri kopi yang kian menguat. Menurut webinar tersebut, kolaborasi bisnis akan memberikan keuntungan yang seimbang bagi kedua belah pihak, bahkan lebih baik lagi bila kolaborasi tersebut dibalut cerita.
Contohnya, yang baru ini happening adalah kolaborasi es krim Magnum dengan Fore Kopi yang menelurkan 3 menu signature mereka. Strategi ini tentu saja sangat bisa diaplikasikan untuk memajang signature beverage dengan sasaran market Milenial dan Gen Z seperti apa yang event Saling Sulang 2.0 dan Fore x Magnum lakukan.
Di tahun 2020 mari kita lihat bagaimana tren signature beverage akan merebak, dan mendorong kedai-kedai kopi untuk mengambil langkah yang lebih berani. It’s time to make the coffee scene more exciting!